TorajaBercerita- Toraja Utara kembali menghelat
Festival bertaraf internasional setelah
sukses digelar pada tahun 2014 lalu.
Toraja International Festival 2015 (TIF 2015) yang
didukung oleh Kementerian Pariwisata dan pemerintah daerah ini hadir kembali dengan
semarak pada 14-16 Agustus 2015 di desa
Ke’te’ Kesu, Toraja Utara. Tentunya momen ini sangat dinanti-nantikan
masyarakat lokal, wisatawan domestik, maupun mancanegara yang hendak bertandang
ke Toraja.
Desa Ke’te Kesu, tempat perhelatan festival ini merupakan desa megalitik yang berumur lebih dari 900 tahun, dimana terdapat
peninggalan purbakala berupa kuburan batu yang diperkirakan berusia 500 tahun
lebih dan diletakkan menggantung di tebing atau di dalam gua.
Kilauan cahaya warna warni fetival menghiasi lumbung –
lumbung yang berjejer di Ke’te kesu
sehinggga tempat wisata yang terkenal mistik tersebut tak terlihat angker, malahan
nampak indah dan eksotis saat malam hari.
Festival seni dan budaya ini dihelat setiap tahun, guna
mengangkat nama Toraja di dunia internasional. Sejak pertama kali
diselenggarakan pada 2013 lalu, Even ini telah menjadi festival kebanggaan
masyarakat Toraja, khususnya Toraja Utara.
Event tahunan yang diselengarakan di objek wisata
yang memiliki potensi potret budaya yang kaya ini mengangkat tema “Ma
Bugi”. Ma Bugi adalah sebuah tarian syukuran yang menceritakan
kesetiakawanan. Baik tua muda, laki-laki maupun perempuan dapat menari bersama.
Tarian itu biasa dilakukan setelah usai rambu
solo’ (pesta pernikahan), setelah panen padi usai, setelah selesai membangun
rumah dan empunya rumah siap menempati rumahnya. Tarian ini membentuk formasi
lingkaran dan saling bergandengan tangan satu sama lain sambil menyanyikan
sebuah nyanyian adat, lalu jumlahnya bertambah banyak karena masyarakat yang
bergabung.
Tarian Ma Bugi |
Para musisi tanah air berpartisipasi dalam even ini
antara lain Kunokini, Toni Q, Madandan, Toraja Choir, dan Ma’nimbong. Selain
itu Itu musisi dunia juga dihadirkan seperti, Gotrasawala
Ensemble dan Ana Alcaide (Spanyol), BoiAkih (Belanda), Ron Reeves (Australia),
Helga Sedli (Hongaria), dan Yzbegim Yoshlari (Uzbekistan).
Helda Sedli, Violist asal Hugaria |
Yzbegim Yoshlari (Uzbekistan) |
Sesuai dengan namanya, TIF adalah
sebuah festival internasional yang bertujuan untuk membawa berbagai grup dan
bentuk kesenian dunia datang ke Tanah Sakral Toraja.
"Dengan memboyong grup musik ternama dari dalam
dan luar negeri, TIF diyakini akan semakin menjadi pusat perhatian dunia dan
media massa," ujar Franki Raden selaku penggagas TIF, kamis (13/8/2015).
Festival ini
menampilkan beragam pertunjukan seni yang menggabungkan budaya internasional
dan dan budaya tradisional nusantara. Beberapa artist internasional berkolaborasi bersama penampil kesenian
nusantara, sehingga tercipta pertunjukan yang harmoni dengan keragaman budaya di panggung TIF.
Selain itu, serangkaian festival
ini terdapat Tenunan Toraja atau Sa'adan pada 13 Agustus, Pameran Kerajinan
Toraja Kete Kesu, 14-16 Agustus, Pesta Makanan dan Pojok Kopi Toraja 13-16
Agustus 2015.
"Program yang sangat beragam ini diharapkan
akan membuat para pengunjung TIF mendapatkan sebuah kenangan dan pengalaman
yang sangat berkesan selama empat hari mengunjungi Tanah Toraja," paparnya.
Menariknya, minuman kopi di Coffe corner disediakan gratis oleh
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Toraja Utara untuk semua pengunjung TIF.
Indonesia memang kaya akan budaya. Buktinya Toraja memiliki warisan budaya
yang sangat berharga yang tak ada di tempat lain. Maka dari itu, tugas kita
sebagai masyarakat Indonesia adalah menjaga warisan leluhur tersebut agar tak
punah hingga generasi berikutnya dapat merasakan indahnya budaya Toraja ini. Sebab
itulah TIF selalu berusaha menampilkan dan menggali segala jenis kesenian
Toraja yang telah hidup selama ratusan tahun.
“Suatu saat Tanah Sakral ini
diharapkan akan dapat menjadi ikon dari pertemuan budaya segala bangsa di dunia
sebagaimana halnya dengan Indonesia sendiri”. Ucap konseptor TIF 2015,
Franki Raden, Kamis itu.
Tarian Ma' gellu - Baine Maballo |