VisitToraja-Tak diragukan lagi, Toraja Sebagai daerah pariwisata lagi - lagi membuat geger pariwisatawan dunia dangan dilaksanakannya event Toraja International Festival (TIF) yang berlangsung pada tanggal 28 hingga 30 Desember 2013. Agenda TIF ini diadakan di dua lokasi yakni, Ke’te Kesu Toraja Utara dan Bukit Ge’tengan Makale. Event yang dibuka oleh Menparekraf ini mengangkat tema “Celebrate the Living Megalithic Culture in Toraja”. Kegiatan yang di sokong langsung oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (kemenparekraf) itu mampu menarik perhatian wisatawan domestik, maupun wisatawan mancanegara.
Toraja International Festival mengkaji acara yang beragam dan sungguh – sungguh mempertontonkan pertunjukan kebudayaan Toraja yang khas kepada seluruh penonton yang tidak hanya berasal dari dalam daerah, tetapi banyak juga pengunjung dari luar daerah bahkan pengunjung luar negeri yang rela jauh - jauh datang untuk menyaksikan langsung acara tersebut. Acara yang dipertontonkan secara keseluruhan mulai dari seni pahat, tekstil, seni tari, dan seni musik. Namun tidak hanya itu, salah satu sajian utama yang menarik adalah penampilan berbagai macam musik internasional dari berbagai penjuru dunia akan datang untuk memeriahkan suasana, dalam acara yang bertemakan Toraja World Music Camp and Festival.
Tak ketinggalan juga, para musisi yang hadir untuk memeriahkan acara seperti DEBU (gabungan Jawa Barat dan Amerika), Supa Kalulu (Zimbabwe), Vieux Cissokho (Sinegal), Gilles Siaissi (Perancis), Orchid House Orchestra (Italia), Jeannette Lambert (Kanada), Indonesian National Orchestra (Indonesia), Modero (Palu), Saleum (Aceh), Tambourine Betawi (Jakarta), Kolintang (Sulawesi Utara), Batara Gowa (Makassar), Madandan (Toraja). Festival Toraja International dirancang untuk mengangkat kebudayaan Toraja ke tingkat dunia serta untuk menciptakan sebuah masyarakat komunal baru guna melakukan suatu kegiatan budaya yang harmonis.
Disamping itu, ada workshop musik yang dipersembahkan oleh para pemusik dari mancanegara seperti, workshop seputar aransemen musik digital untuk alat music traditional, tentang teknik bermain gitar jazz,
seputar Hadroh dan Kecimpring, dan mengenai kecak gender wayang. Workshop tersebut ditujukan agar kita dapat mengenal dan mempelajari musik asing sehingga dapat mempererat hubungan kebudayaan yang kondusif, serta memberi ajaran yang interaktif seputar musik
Event Toraja International Festival 2013 ini diadakan untuk mempromosikan Toraja untuk dimasukkan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Toraja International Festival ini di harapkan dapat menjadi alat untuk mendongkrak wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, sehingga Toraja dapat menjadi salah satu destinasi wisata yang patut dikunjungi, serta dapat mengangkat Toraja di mata dunia internasional.
Penutupan Toraja International Festival yang berlokasi di Bukit Ge’tengan, Makale, Tana Toraja disemarakkan dengan penyalaan api unggun berukuran raksasa yang dinyalakan di tengah lapangan bukit Ge’tengan. Selain itu pada penutupan event ini, Direktur Toraja International Festival 2013, Franky Raden mengatakan bahwa penutupan Toraja International Festival menampilkan sekitar 300 perempuan yang menyanyikan nyanyian mantra sembari diiringi musik yang luar biasa oleh Indonesia National Orchestra.“Tahun ke depan akan terjadi ledakan wisatawan asing yang akan mencari tempat-tempat wisata yang menarik, sehingga Toraja perlu di promosikan melalui media-media,”tambahnya.
Untuk membuat ledakan wisatawan asing, patutlah pemerintah daerah Toraja Utara memperhatikan jalur ke tempat-tempat daerah tujuan wisata seperti perbaikan jalan, perbaikan daerah pariwisata yang kelihatan beberapa tempat kurang terawat, agar kampung Toraja yang kita cintai ini dapat menjadi buah bibir positif untuk setiap wisman dan wisnu yang telah bertandang ke desa kita yang tercinta, sehingga perkataan Bapak Gubernur Sulawesi Selatan, H. Syahrul Yasin Limpo “Jangan mati sebelum melihat Toraja” dapat menjadi slogan yang benar-benar mengangkat Toraja sebagai point of interest (daerah tujuan wisata) yang mengagumkan, bukan sebaliknya. Tugas kita sebagai genarasi muda adalah tetap menjaga.
(Logo TIF 2013)
(Ke'te Kesu, tempat pelaksanaan TIF 2013)